Pembacaan teks Kitab Suci memiliki pengaruh terhadap
pembaca dari konteks tertentu. Konteks berkonotasi luas, bisa menyangkut tempat
di mana sang pembaca berada, dan bisa pula menyangkut budaya, sosial dan
persoalan-persoalan kemanusiaan dan ekologi. Konteks amatlah berpengaruh dan
salah satu konteks itu adalah budaya. Pemabaac terhadap wacana mitos adalah
lebih pada cara menghiraukan mitos local sebagai lokus logos, di mana, melalui
mitos, Allah menyatakan firmanNya kepada umat. Hal ini penting saya tegaskan
sebagai salah satu perempuan yang membaca mitologi penciptaan dunia Maluku yang
bermula dari penciptaan dunia Nusaina
(pulau ibu) dengan manusia pertamanya adalah Alifuru Ina (perempuan/ibu Alifuru).
Membaca mitos penciptaan dari perspektif Perempuan Maluku
tidak menobatkan mitos ini sebagai satu-satunya kebenaran dan menafikan narasi
mitos lainnya yang juga diyakini sebagai kebenaran. Saya hanya hendak
mengapungkan narasi mitos penciptaan yang selama ini tenggelam dalam grand narrative agama dan budaya yang
dominan. Mitos penciptaan dunia Maluku adalah penjelmaan Logos/Firman: bahwa
Allah tidak berhenti berfirma hanya pada konteks dan budaya Yahudi dan Yunani;
bahwa Allah tidak berhenti berfirman hanya sebatas yang tertulis dalam Kitab
Suci. Allah dapat saja menyapa setiap komunitas dalam konteks budaya
masing-masing. Semua komunitas punya cara mendengar dan mengartikulasikan Allah
dan Firman-Nya dalam kehidupan keseharian mereka. Pada tataran inilah, saya
berkeyakinan, mitos Nusaina adalah
Logos/Firman Allah yang dinyatakan bagi orang Maluku.
MANUSIA
PERTAMA ITU NAMANYA INA: Membaca
Narasi Mitos Penciptaan dari Perspektif Perempuan Maluku
Weldemina
Yudith Tiwery
Indonesian Journal of Theology 5/2 (December 2017):
211-226
16-05-19-08-14-27-Abstrak---Manusia-Pertama-itu-Namanya-INA---Weldemina-Yudth-Tiwery.pdf
241777
2019-05-16 - 08:14:27