Pluralitas dalam masyarakat
termasuk hingga kini masih debatable meskipun semua orang menyadari
bahwa pluralitas adalah fakta tak terbantahkan (given). Hal yang
terus-menerus rentang diperdebatkan dalam pluralism adalah agama. Sebagaimana
diketahui, setiap manusia mencari jalan keselamatan melalui agama yang
dianggapnya benar saying sekali orang kerap terjebak dalam debat kebenaran
agamanya sendiri dan agama lain tidak mendapat tempat (kafir). Amaladoss dalam
bukunya The Hindu-Christian Encaunter: Challenge and Promise, mengatakan
bahwa pertemuan di antara agama-agama di dunia dewasa ini lebih menimbulkan
situasi konflik ketimbang dialogis.
Beragama tidak bisa dilepaskan dari
religiositas dan spiritualitas keagamaannya, karena agama bersumber pada
religiositas dan memuncak pada spiritualitas. Pemahaman yag baik terhadap reigiositas
akan mengantarkan setiap penganutnya pada spiritualitas keagamaan yang dianut
dengan lebih mendalam dan akan senantias terarah pada Tuhan dan manusia sebagai
Sorga Akir keselamatan. Beragama ialah bagaimana memperjuangkan kemanusiaan
melalui religiositas dan karenanya para pengikut agama harus dididik untuk jeli
mengkritisi agamanya bukan sekedar ajaran agama semata namun juga sebagai agama
panutan yang bertujuan menghadirkan damai dan keselamatan bagi manusia.
FIONA ANGGRAINI TOISUTA
AGAMA DAN RELIGIOSITASNYA, SUATU
RENUNGAN BAGI PARA PENGANUT AGAMA
KENOSIS: Jurnal Kajian
Teologi, IAKN Ambon
Volume 2 Nomor 2, Desember
2016
Halaman 180 – 191
26-06-19-12-28-29-Abstract---Agama-dan-Religiositasnya-Suatu-Renungan-bagi-Para-Penganut-Agama---Fiona-Anggraini-Toisuta.pdf
327515
2019-06-26 - 12:28:29