Kemajemukan masyarakat Indonesia adalah
kenyataan objektif, yang mana dalam konteks kehidupan keberagamaan Nampak keperbedaan
agama yang dimiliki. Kemajemukan beragama dalam konteks sosial adalah salah
satu realitas yang selalu diwarnai dengan pola-pola interaksi sosial yang
dibangun dan sifatnya dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Pada zaman modern
sekarang ini, masalah pluralitas agama lebih dititikberatkan pada masalah pemahaman
seorang penganut agama atas dogma agama yang dianutnya. Manusia sebagai makhluk
sosial tidak dapat hidup seorang diri melainkan hidup berdampingan dengan orang
lain dengan tujuan untuk saling membantu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Interaksi sosial antarumat beragama
di Desa Nania, pasca konflik memperlihatkan bahwa ada kesenjangan antar
individu. Interaksi yang tercipta masih sebatas pada orang-orang yang memiliki
kesamaan identitas. Masih terdapat segregasi relasi dan interaksi antar
identitas, secara khusus identitas keagamaan. Dalam kaitan dengan itu, maka
dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial antarumat beragama di Desa Nania
adalah interaksi sosial yang bersifat semu karena fakta sosial menunjukkan
bahwa solidaritas yang terjalin pada masyarakat Desa Nania hanyalah solidaritas
mekanik yang masih terjebak dalam agama mereka masing-masing dan bukan pada
solidaritas hubungan antarumat beragama yang ada di Desa Nania.
ALCE ALBARTIN SAPULETTE
INTERAKSI SOSIAL ANTARUMAT BERAGAMA
DI DESA NANIA, KOTA AMBON, PROVINSI MALUKU
DIALEKTIKA:
Jurnal Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial
Vol. 12,
No. 01 | 2019, Halaman 1 – 10
IAIN Ambon
13-06-19-08-48-09-Abstract---Interaksi-Sosial-Antarumat-Beragama-Di-Desa-Nania,-Kota-Ambon,-Provinsi-Maluku---Alce-Albartin-Sapulette.pdf
495638
2019-06-13 - 08:48:09