Ia
pandangi langit terang di atas kepala, bukan menikmati indahnya rembulan, bukan
menghitung bintang gemintang, Ia berdiri bagai hendak menarik surga turun ke
bumi.
Kerusuhan massa yang terjadi di Kayeli, Pulau Buru,
sungguh sangat disayangkan. Apalagi hal itu terjadi di tengah suasana
peringatan Hari Natal , 24-25 Desember1999. Kerusuhan dan konflik horisontal
itu bahkan berkembang dan melebar ke sejumlah desa dan dusun di wilayah
Kecamatan Buru Utara, termasuk Namlea. Situasi dan kondisi pun menjadi tidak
menentu. Eskalasi perusakan wilayah pemukiman dan konflik massa telah melebar
ke sejumlah daerah sasaran baru. Pemerintah diminta segera mengevakuasi
anggota-anggota keluarga mereka mengingat suasana keamanan tidak lagi terjamin
bagi orang Kristen ataupun penduduk asli Buru yang beragama Kristen. Puisi esai
ini mencoba mengungkapkan konflik dan kekerasan tersebut melalui curahan hati
seorang gadis Kayeli, seorang mahasiswi yang menyimpan kenangan perih itu di
kalbunya.
Weldemina Yudit Tiwery
Natal 1999,
Curahan Hati Gadis Kayeli
Seri Puisi
Essay
Indonesia Provinsi Maluku Ambon Manise
Cerah Budaya Indonesia, Agustus 2018
Halaman 72-90
28-05-19-09-18-41-Prawacana---Natal-1999-Curahan-Hati-Gadis-Kayeli---Weldemina-Yudith-Tiwery.pdf
152272
2019-05-28 - 09:18:41