Berbicara mengenai teologi sudah
tentu setiap orang berpikir tentang iman. Memang benar bahwa teologi berkaitan
dengan iman, tetapi pertanyaannya adalah bagaimana iman itu dimengerti? Dalam Kekristenan
misalnya, apakah pada saat seseorang dibaptis dan mengaku percaya kepada
Kristus, yang berarti pula beriman kepada Allah dalam Putra-Nya cukup pada
suatu akta yakni pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Putra Allah dan Juru
Selamat dunia, dan berhenti disini? Bukankah pengakuan seperti itu perlu
dikonkretkan lagi melalui sebuah sikap yang terbuka untuk dinilai oleh semua
orang? Hakekat berteologi dengan sendirinya adalah melakukan refleksi mengenai
apa yang sudah dialami atau apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya
terjadi.
Apabila teologi dipahami sebagai
refleksi tentang kehidupan sosial manusia yang konkret dalam relasinya dengan
Allah, sesama manusia dan ciptaan lain, maka hal itu sekaligus menegaskan bahwa
setiap teologi adalah kontekstul dan karenanya integral, total dalam memenuhi
tuntutan masyarakat pada jamannya. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang
plural, diperlukan adanya bentuk teologi yang lebih terbuka, yang dapat
diterima oleh semua warga (masyarakat) dari berbagai agama dan denominasi serta
etnis dan ideologi. Metode berteologi yang tepat untuk diterapkan dalam konteks
saat ini adalah metode dialog.
Yance Z. Rumahuru
TEOLOGI INTEGRALISTIK
SELAKU TEOLOGI UNTUK DIALOG DAN REKONSILIASI: Belajar dari Tindakan Bakudapa dan Bakubae Orang Maluku
Teologi Integralistik
Praktis Berteologi dalam Masyarakat Majemuk
Halaman 137-154
24-05-19-01-58-22-Pengantar--Teologi-Integralistik-Selaku-Teologi-untuk-Dialog-dan-Rekonsiliasi---Yance-Rumahuru.pdf
210415
2019-05-24 - 13:58:22