WELDEMINA
YUDIT
TIWERY
Abstrak
Kitab Kidung Agung dalam sejarah penafsiran sangat kontroversial karena
mengandung gaya bahasa yang sensual dan erotis. Karena itu, untuk menyingkapkan
maknanya, sebagian besar para ahli menggunakan pendekatan alegoris yang
menggambarkan hubungan cinta kasih antara Allah dan umat-Nya. Padahal
pendekatan alegoris pada hakikatnya menyempitkan makna cinta pada kotak Pandora
yang tidak bisa dengan bebas dibuka makna/isinya secara fulgar. Melalui
penafsiran terhadap Kidung Agung 7:10–8:4, saya berupaya memahami cinta secara
riil dalam relasi manusia yang saling mencinta. Tentu saja tidak lantas
mengabaikan unsur-unsur literer yang terkandung dalam perikop tersebut. Upaya
ini memberikan kebebasan bagi upaya membuka selubung tabu dari cinta secara
riil. Cinta adalah anugerah dari Sang Pencinta yang mewujud dalam desire cinta satu
terhadap yang lain, sehingga para pencinta memiliki motivasi yang menyemangati
untuk saling merengkuh dalam kebahagiaan dan penderitaan. Desire cinta juga
menjadi spirit dan kekuatan bagi para pencinta untuk berjalan bersama melakukan
transformasi bagi kehidupan. Desire cinta mendaku diri sebagai pengubah stigmatisasi
budaya yang menyubordinasi salah satu pihak dalam menjalin relasi percintaan.
Kata-kata kunci: desire, relasi cinta, penafsiran/hermeneutik,
pendidikan seks.
GEMA TEOLOGI: Jurnal Teologi Kontekstual
Volume 39 Nomor 1, April 2015
Fakultas Teologi UKDW
Yogyakarta
Halaman 1 – 14
09-09-19-08-19-53-Abstract---DESIRE-OF-LOVE-Menafsir-Kidung-Agung-7-ayat-10---8-ayat-4---Weldemina-Yudit-Tiwery.pdf
644808
2019-09-09 - 08:19:53