Pertikaian yang terjadi di
Maluku kurun waktu 1999-2002 yang kemudian berlanjut pada tahum 2004 dengan
eskalasi yang menguat di Ambon berdampak pada relasi antar komunitas sosial
pada wilayah ini. Pada satu sisi, hubungan persaudaraan yang terbangun dalam
sistem dan pranata adat orang Ambon seperti gandong
dan pela yang selama ini dianggap
oleh pemerintah maupun masyarakat setempat dapat menjadi kekuatan kohesi antar
komunitas yang berbeda kepercayaan sekaligus menjadi media kultural guna
membangun dialog Inter-religious nyaris
sirna dan tidak berfungsi.
Upaya dari peghentian dan
pencegahan pertikaian, serta berbagai usaha kearah pemulihan kondisi masyarakat
selama pertikaian di Ambon menunjukan bahwa masyarakat lebih memilih pendekatan
dengan setting kultural iti sendiri.
Pendekatan kultural lebih dapat diterima dan dianggap oleh komunitas sosial di
Ambon, sebagai sesuatu yang lebih baik dari pendekatan lainnya. Kontras dengan
itu, pendekatan struktural dianggap kurang berhasil. Terlepas dari dikotomi
yang menyolok antara pendekatan dari bawah dengan pendekatan yang cenderung top down.
Yance Z. Rumahuru
Partisipasi Sipil untuk Perdamaian: Relasi Dialektis
Muslim-Kristen di Ambon 1999 – 2004
Pusat Penelitian IAIN Raden
Patah
INTIZAR: Jurnal Kajian Agama
Islam dan Masyarakat
Volume 12 Nomor 2, Desember
2006, Halaman 171 – 188
14-06-19-01-48-21-Abstract--Partisipasi-Sipil-untuk-Perdamaian-Relasi-Dialektis-Muslim-Kristen-di-Ambon-1999-2004---YZR.pdf
425435
2019-06-14 - 13:48:21