KEBUDAYAAN DAN TRADISI SYIAH DI MALUKU: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM HATUHAHA

Sudah lama diidentifikasi bahwa praktek-praktek religious kelompok Syiah dan Sunni diposisikan sebagai pihak-pihak yang berlawanan dalam praktek keagamaan Islam, sesuatu yang tentunya tidak dijumpai di masa Nabi Muhammad. Di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Agama telah menyatakan bahwa Islam yang dianut orang Indonesia adalah Ahlas-Sunnah wa al-Jam’aah atau singkatnya, Sunni. Hal itu didasari oleh beberapa alasan. Pertama, fakta bahwa dari segi kuantitas, total penganut Sunni Indonesia lebih besar daripada penganut Syiah. Kedua, para peneliti sejarah langsung mengaitkan sejarah Islam Indonesia dengan kaum Sunni. Kaum Syiah adalah kelompok Muslim yang lebih tua di Maluku. Kelestarian eksistensi mereka terancam oleh hegemoni “politik integrasi agama” di Indonesia, yang menggeneralisasi Muslim Indonesian sebagai Sunni. Keberadaan KMH Syiah lewat riset ditemukan dengan jelas dalam ritus-ritusnya dan adat kebiasaan lokal komunitas itu. Ketiga, ritual itu adalah suatu cara untuk mengingatkan generasi-generasi masa kini pada berbagai peristiwa historis dan penurunan nilai-nilai yang ditemukan dari generasi-ke generasi. Ritual-ritual Ma’atenu dan aruho di kalangan HCM yang diteliti dan dicatat di dalam makalah ini tidak hanya menyajikan sejarah komunitas lokal, tetapi juga sejarah Islam (Syiah), sebagai pluralisme faktual dalam komunitas Islam Indonesia yang tidak dapat diabaikan dalam pembangunan peradaban bangsa.


YANCE ZADRAK RUMAHURU

KEBUDAYAAN DAN TRADISI SYIAH DI MALUKU:

STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM HATUHAHA

Halaman 254-270

Sejarah dan Budaya Syiah di Asia Tenggara

Cetakan Pertama, Juli 2013

Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

Informasi File

28-05-19-02-49-05-Pengantar---Kebudayaan-dan-Tradisi-Syiah-di-Maluku-Studi-Kasus-Komunitas-Muslim-Hatuhaha---Yance-Zadrak-Rumahuru.pdf

223550

2019-05-28 - 14:49:05
Download Abstrak Full Text
CopyRight © 2019. Create by CV.FR-SYSTEM